Rabu, 12 November 2014

MENGENAL PRIBADI ALI BIN ABI THALIB



ALI BIN ABI THALIB




                                Ali bin Abi Thalib adalah khalifah keempat atau terakhir dari khulafaurrasyidin. Dari kalangan anak-anak ia adalah seorang pertama yang masuk islam. Ali bin Abi Thalib selain diambil sebagai anak asuh Rasulullah saw. dia juga sepupu Rasulullah saw. sewaktu lahir, ia diberi nama oleh ayahnya dengan nama Ali.
                               Ketika berusia 4 tahun ia diambil sebagai anak asuh oleh Rasulullah saw. Rasulullah saw. berkata kepada Abbas pasukanya, “Abu Thalib saudara anda memiliki banyak anak. Apa yang anda lihat, banyak orang yang mangalami krisis. Bagaimana kalau kita ringankan dia dari anak-anaknya itu. Saya mengambinyal satu dan anda mengambil seorang untuk diasuh.” Demikian perkataan Rasulullah saw. kepada Abbas.
                                 Lalu Abbas mengasuh Jakfar Anaknya Abi Thalib dan Rasulullah saw. mengasuh Ali anaknya Abi Thalib. Ali pun tinggal barsama Rasulullah saw.
                                  Tatkala Rasulullah saw. dan Khadijah sedang salat, Ali tiba-tiba masuk. Ali yang masih kecil itu melihat Rasulullah saw. dan Khadijah sedang rukuk dan sujud serta membaca beberapa ayat Al-Qur’an yang sampai pada waktu itu sudah diwahyukan.
                                   Ali tertegun dan berdiri sampai mereka berdua selesai salat. “Kepada siapa kalian sujud?” Ali bertanya. “kami bersujud kepada ALLAH swt,” jawab Rasulullah saw. “Dialah yang memutuskan menjadi Rasulullah saw. dan memerintahkan Ali mengajak  manusia menyembahnya.” Kata Rasulullah saw. memberitahukan.
                                   Mendapatkan jawaban dari Rasulullah sa. tidak terlihat sikap tidak senang pada wajah Ali. Kemudian Rasulullah saw. mengajak anak asuh yang sekaligus sifat-sifatnya beribadah kepada ALLAH swt semata dan meninggalkan berhla-berhala latta dan Uzza.
                                   Lalu Rasulullah membacakan beberapa ayat Al-Qur’an, Ali pun terpesona dengan ayat itu, bagi Ali betapa luar biasa indahnya ayat-ayat itu. Setelah itu, Ali meminta waktu berunding dengan ayahnya. Pada malam harinya sebelum berunding Ali merasa gelisah samapi keesokan harinya Ali menemui Rasulullah saw. diberitahukan kepadanya bahwa ia berniat memeluk islam dan menjumpai ayahnya untuk berunding ia batalakan.
                                   Waktu itu yang telah mengikuti ajakan dakwah Rasulullah baru dua oaring. Pertama Khadijah istri Rasulullah saw. sendiri dari kalangan perempuan dan kedua Ali dari kalangan anak-anak. Sebagai anak asuh yang ikut bersama Rasulullah, Ali banyak meminta ilmu baik dari penyampaian nabi maupun dari segala apa yang dilakukan Rasulullah saw.
                                    Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat yang sangat beruntung. Dia dipilih Rasulullah saw. untuk menjadi suami putrinya, Fatimah. Fatimah ra, adalah putri Rasulullah saw. yang sangat dekat dengan Rasulullah saw.
                                   Dengan Fatimah, Ali menempuh hidup yang sangat bahagia. Mereka dikarunia dua oarng putra, yakni Hasan dan Husen. Hasan Husen adalah dua cucu Rasulullah saw. yang sangat dia sayangi. Rasulullah sering menggendong mereka berdua. Pada saat salat, dua bocah itu sering menaiki punggung Rasulullah saw. ketika sujud. Pada saat seperti itu, Rasulullah saw.memperlama sujudnya hingga mereka pergi atau diambil oleh seseorang.
                                  Fatimah begitu berharga bagi Rasulullah saw.  Oleh karena itu, Rasulullah saw. pernah berkata bahwa siapa yang menyakiti Fatimah maka ia telah menyakiti Rasulullah saw. Ali bin Abi Thalib pernah diisukan akan menikah lagi. Maka Ali kemudian di panggil oleh Rasulullah saw. dan dia berkata seperti itu. Tentu saja Ali tidak berani melakukannya.
                                 Pada suatu waktu ketika rumah Rasulullah saw. dikepung oleh para pemuda dari tiap-tiap kabilah hendak mencari Rasulullah saw. Ali bin Abi Thalib berada didalam Rumah Rasulullah bersamanya. Rasulullah telah mendapatkan informasi akan bahaya itu dan diperintahkan untuk waspada dan hijrah pergi ke Madinah demi mengelabui para pengepung Rasulullah memerintahkan Ali supaya memakai mantelnya dan tidur di tempat tidurnya.
                                 Ali pun langsung melompat ke tempat tidur Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. keluar dengan membaca surat Yasin, tanpa diketahui para pemuda yang mengepung rumahnya itu. Betapa dalam keimanan Rasulullah saw. dan keberanianya, sehingga keluar rumah menerobos kerumunan para pemuda pengepung yang haus darah hendak membunuhnya.
                                 Tidurnya Ali bin Abi Thalib  di tempat tidurnya Rasulullah saw. menjadikan para pengepung menyangka bahwa Rasulullah saw. masih di rumahnya. Dan Ali memang keluar ketika Rasulullah pergi meninggalkan rumahnya menuju Rumah Abu Bakar. Kemudian bertolak ke Gua Tsir. Para pengepung dan orang-orang Quraisy belum mengetahui bahwa Rasulullah saw. telah pergi jauh dan mereka baru mengetahui setelah pajar tiba, yakni ketika para pengepung menyerbu masuk ke rumah Rasullulah saw. Mereka justru mendapat Ali yang tidur di kamar Rasulullah saw.
                                   Selain menyuruh tidur di tempat tidurnya, pada malam itu Rasulullah saw. memberikan tugas kepada Ali untuk mengembalikan barang titipan kepada para pemiliknya masing-masing tugas tersebut merupakan tugas yang penuh resiko. Tetapi Ali mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya tanpa sedikitpu memiliki rasa takut .
                                    Dengan cara inilah akhirnya Rasulullah saw. dan Abu Bakar selamat meninggalkan kota Mekah. Setelah mendengar bahwa Rasulullah saw dan Abu Bakar sampai di Madinah. Barulah Ali menyusul ke Madinah. Sesampainya di Madinah, Ali dinikahkan dengan Fatimah Azzahra, putri Rasulullah saw.
                                     Pada suatu saat Fatimah istri Ali bin Abi Thalib sedang sakit. Dalam sakitnya itu, ia menginginkan buah delima. Maka Fatimah kemudian meminta Ali untuk mencarikan buah delima.
                                    Pada saat itu, Ali sama sekali tidak memiliki uang untuk membeli buah delima. Akhirnya, ia tetap pergi kepasar. Di pasar, ia mencari seorang sahabat dan meminjam uang. Setelah itu ia membeli dua buah delima.
                                   Dalam perjalanan pulang ia menemui seorang tua rentang tengah kelaparan. Ali kemudian memberikan satu buah deluma itu kepadanya. Ali melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan ia dicegat oleh seorang yang kelihatan sangat lemah. Ia berkata bahwa ia sudah beberapa hari tidak makan.
                                  Ali bingung, ia hanya memiliki satu buah delima dan buah itu adalah permintaan istrinya yang sedang sakit. Namun, melihat keadaan orang itu, akhirnya ia berikan juga buah itu kepadanya. Sesampai dirumah, ia menemui istrinya dan menceritakan kejadian yang menimpanya, Fatimah bukannya marah, ia justru bersyukur memiliki suami yang pemurah seperti itu.
                                    Namun, tidak berapa lama kemudian, seorang sahabat datang berkunjung sambil memberikan sekeranjang buah delima kepada Ali dan Fatimah. Sungguh itulah baasan ALLAH swt atas orang yang bersifat pemurah.
                                     Dalam menjalani hidup sehari-hari dikenal sangat sederhana dan zuhud dan sikap hidup seperti itu diperlihatkanya baik ketika belum menjadi Khalifah dan sesudah Khalifah. Bahkan cara hidup sederhana dan zuhud itupun diterapkannya pula pada putra-putrinya. Di samping itu, Ali juga terkenal sebagai panglima perang yang gagah dah perkasa. Keberaniannya itu menggetarkan hati lawanya. Ia mempunyai sebilah pedang warisan dari Rasulullah saw. bernama “Dzul Faqar”. Hampir semua peperangan yang terjadi pada masa Rasulullah saw. ia diturut serta selalu menjadi andalan pada barisan depan.
                                        Menurut Ali ra. Keberanian harus dibarengi dengan kepercayaan, kecermatan dan keberanian menggertak musuh, khususnya dalam situasi perang. Itulah Ali bin Abi Thalib, sang komandan perang dan pemimpin yang sering terlibat dalam berbagai peperangan bersama Rasulullah saw. Seperti dalam perang Badar, Rasulullah saw. mengangkat Mushab bin Umair untuk memimpin umat islam. Setelah Mushab terbunuh, Rasulullah saw. menyerahkan kepemimpinannya kepada Ali ra, dan salah seorang dari golingan Anshar.
                                  Dalam perang Uhud, kaum muslimin mengalami sedikit kekalahan. Penyebab utamanya adalah karena tidak menaati Rasulullah saw. pada waktu itu, kaum muslimin telah dikepung oleh kaum kafir Quraisy dari empat penjuru. Kaum Muslimin banyak yang gugur syahid. Dan sebagian lagi ada yang melarikan diri. Adapun Rasulullah saw. sendiri terkepung oleh musuh-musuh. Lalu mereka mengumumkan bahwa Rasulullah saw. telah gugur. Berita ini membuat pasukan muslim merasa sangat panic, sehingga membuat mereka lebih kacau dan tidak konsentrasi pada peperangan.
                                Dalam keadaan kacau balau, Ali ra. Mencari Rasululah saw. dan dia menceritakan, “Ketika orang-orang kafir mengepung Kaum Muslimin, aku tidak melihat Rasulullah saw. Aku segera mencari dia di antara orang-orang yang masih hidup, tetapi aku tidak menemukanya. Lalu aku mencarinya di antara mayat-mayat para syuhada, di situpun aku tidak menemukannya. Aku berpikir tudak mungkin Rasulullah saw. melarikan diri dari pertempuran. Mungkin karena perbuatan kami ALLAH swt. Mengangkat kekasih-Nya ke langit. Aku tidak dapat mengira-ngira kemungkinan lain tentang Rasulullah saw. yang lebih baik dari itu. Aku segera mencabut pedang kemudian  terjun ke tengah medan pertempuran dengan perasaan bahwa aku akan gugur dalam pertempuran itu.
                                 Aku terus bertempur sehingga sebuah jalan terbuka di tengah kepungan itu. Pada saat itulah terlihat olehku  Rasulullah saw. bukan main gembiranya hatiku ketika melihatnya. Aku yakin ALLAH swt, pasti melindungi kekasih-Nya melalui para malaikat-malaikat-Nya. Aku segera menjumpa dia dan berdiri disisinya. Tiba-tiba muncullah pasukan kafir hendak menyerang Rasulullah saw. Melihat orang itu di berkata “Hai Ali, tahanlah mereka”. Akupun langsung menghadapi mereka seorang diri dengan segenap kemampuanku. Sebagian merekapun melarikan diri dan yang lainya dapat aku bunuh. Lalu datanglah pasukan kedua yang juga hendak menyerang Rasulullah saw. Dia memberikan isyarat kepadaku supaya menahan mereka. Akupun melawannya seorang diri. “Demikian keberanian Ali ra. Dalam perang Uhud”.
                                Ali bin Abi Thalib juga dikenal dengan kecerdasanya dan menguasai banyak masalah keagamaan secara mendalam. Rasulullah saw. Pernah menggambarkan kedalaman ilmu Ali melalui sabdanya, “Aku kota ilmu pengetahuan sedang Ali pintu gerbangnya.” Oleh karena itulah, nasihat dan fatwanya selalu didengar para khalifah sebelumnya, Ia pun selalu di tempatkan pada jabatan sebagai qadhi atau Mufti.
                              Ali ra. Dikenal sebagai wakil juru tulis, tempat penyimpan rahasia, dan kepercayaan Rasulullah saw. Ali juga dikenal sebagai sekretaris Rasulullah saw. dalam perjanjian Hudaibiyah.
                            Ketika Rasulullah saw. wafat, Ali menunggu jenazahnya dan mengurusi pemakamannya pula. Sementara sahabat-sahabat lainya sibuk memikirkan pengganti Rasulullah saw. Setelah Abu Bakar terpilih menjadi khalifah ia tidak segera membaiatnya. Ia baru membaiatnya setelah beberapa bulan kemudian.
                              Setelah khalifah ketiga, Usman bin Affan wafat, Kaum Muslimin meminta kesediaan Ali untuk dibaiat menjadi khalifah. Kaum muslimin beranggapan bahwa Ali ra. Adalah orang yang patut menduduki kursi khalifah setelah Usman. Menanggapi permintaan rakyat banyak itu, Ali ra. Berkata, “ Urusan ini bukan urusan kalian. Ini adalah perkara yang teramat panting. Ini adalah urusan tokoh-tokoh Ahli Syu bersama pejuang perang badar”.
                                Dalam suasana yang masih kacau, akhirnya Ali ra. dibaiat. Pembaiatan dimulai dari sahabat-sahabat besar yaitu, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash dan para sahabat lainya. Mereka yang telah membaiat Ali ra. Ini segera diikuti oleh rakyat banyak. Pembaiatannya pun dilakukan pada tanggal 25 Dzulhijah di Masjid Madinah seperti pembaiatan para khalifah pendahulunya.
                                 Setelah menjabat sebagai khalifah, kebijakan yang dijalankannya diantaranya adalah mengambil tanah-tanah yang tidak jelas kepemilikannya untuk kepentingan Negara, memberikan tunjangan dari Baitul Mal kepada kaum Muslimin secara merata, separti yang pernah dilakukan Abu Bakar, mengatur tata laksana pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat, dan meninggalkan kota Madinah untuk ,enjadikan kufah sebagai pusat pemerintahan.
                                       Masa kekhalifahan Ali ini menemui banyak kesulitan. Pada masa pemerintahannya itu banyak di warnai munculnya pemberontkan. Dalam menyelesaikan permasalahan pemberontak itu Ali berupaya menggunakan cara-cara damai. Tetapi upaya untuk menggunakan upaya damai menuai kegagalan. Sangat sulitnya keadaan pemerintahan Ali, sampai-sampai terjadi dua peperangan besar yang disebut dengan perang Shiffin. Tidak beda dengan khalifah sebelumnya, Usman bin Affan yang terbunuh oleh tangan-tangan pemberontak. Ali pun meninggal dunia di tangan pemberontak.
                                     Meskipun demikian, dalam kekhalifahannya, Ali ra. dikenal dengan sikap zuhud, belas kasih, wara dan suka mendermakan hartanya untuk umat islam secara merata dan adil. Dalam berderma itupun melalui pertimbangan yang benar.
                                Pada suatu hari, Ali ra. memasuki baitul Mal (semacam kantor keuangan atau perbendaharaan). Di situ dia melihat emas dan perak. Lalu, Ali ra. berkata pada emas, “wahai yang memiliki kilauan kekuning-kuningan, tataplah dengan kekuning-kuninganmu! Wahaiyang memiliki keputih-putihan, tetaplah engkau dengan keputih-putihanmu “. Aku tidak akan tertipu dengan mu.
                             Soal kepemimpinana, Ali bin Abi Thalib tidak pernah mendukung seseorang tertentu, tetapi selalau menyerahkan kepada tokoh-tokoh ahli Syura dan para pejuang perang Badar. Hal itu terlihat ketiaka dia diminta para sahabat untuk menduduki jabatan sebagai khalifah.
                             Ali bin Abi Thalib pernah mengingatkan kita tentang alam kubur. Di ceritakan oleh Kumail ra. “Pada suatu hari, aku berjalan bersama Ali ra. tibalah kita melewati sebuah hutan. Ali ra. mendekati sebuah kuburan sambil berkata, wahai penghuni kubur, wahai penghuni tempat sunyi, wahai yang berbau busuk, wahai yang penuh ketakutan,. Bagaimanakah kabarmu?”.
                             Kemudian ia berkata, “Adapun kabar kami disini, hartamu telah dibagi-bagikan, anak-anakmu telah menjadi yatim dan istri-istrimu telah menikah lagi. Inilah berita kami, seandainya  mereka boleh dan dapat berbicara. Mereka akan mengatakan bahwa sebaik-baik bekal adalah takwa”.
                            Setelah berkata demikian ia menangis “Wahai Kumail, kubur adalah tempat penyimpana amal, dan kita akan mmenyadarinya setelah maut menjemput kita”’.
                           Amal baik atau buruk seseorang akan tersimpan didalam kubur bagai tersimpan didalam kotak. Suatu ketika, Rasulullah saw. bertanya kepada salah seorang sahabatnya, “Tahukah kalian bagaimana perumpamaan kalian dengan anak saudara kalian, harta kalian dan amal perbuatan kalian?”.
                             Rasulullah saw. bersabda “Perumpamaannya bagaikan seseorang yang memiliki tiga saudara. Menjelang kematiannya, ia memanggil saudara-saudaranya dan berkata, “Saudara-saudaraku, kalian telah mengetahui bagaimana keadaanku ini, maka bantuan apakah yang dapat kalian beriakn untuku?”.
                             Saudaranya yang pertama menjawab, “Aku akan menyayangimu, aku akan mengobatimu dan aku akan melayani semua keperluan mu. Jika kamu meninggal dunia, aku akan memandikan mu, mengkafanimu dan menguburkanmu. Lalu akau akan senantiasa mengingat kebaikanmu”.
                             Kemudian pertanyaan yang sama juga diajukan kepada saudaranya yang kedua, saudaranya yang kedua menjawab, “Aku akan selalu bersamamu selama aku masih hidup. Dan jika kamu telah meninggal dunia, aku akan pergi kepada yang lain”.
                               Setelah itu saudara yang ketiganya pun diberi pertanyaan yang sama. Saudaranya yang ketiga pun menjawab, “Walaupun didalam kubur, aku akan selalu bersamamu. Akan kutenangkan hatimu ketika kamu akan di hisab, dan aku akan memberatkan timbangan amal baikmu”.
                             “Dari ketiga saudara tersebut, saudara yang pertama adalah saudara dan keluarganya yang sebenarnya. Adapu saudara yang kedua adalah harta yang akan menemani ketika masih hidup. Saudara yang ketiga adalah amal saleh, yang menemani baik ketika masih hidup maupun sudah mati dan akan memberatkan timbangan amal baik”. Demikianlah sabda Rasulullah saw.
                             Rasulullah saw. melanjutkan sabdanya, “Sekarang sebutlah, manakah yang menjadi pilihanmu!”.
                            Para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah, tentu saudara yang terakhirlah itulah yang akan kami pilih”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar